Dalam konteks spiritual Islam, konsep bersandar hanya kepada Allah merupakan prinsip yang mendalam dan multifaset. Ini adalah pengakuan bahwa, meskipun usaha manusia adalah penting, hasil akhirnya tetap berada di tangan Allah. Ini adalah bentuk tawakal, atau kepercayaan penuh kepada Allah, yang mengajarkan bahwa seseorang harus berusaha dengan sebaik-baiknya namun tetap menyadari bahwa keberhasilan dan kegagalan bukanlah hasil akhir dari amalan semata, melainkan rahmat dari Sang Pencipta.
من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
“Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnyaadalah kurangnya raja’ (harapan terhadap rahmat Allah)tatkala ia mengalami kegagalan (dosa).”
Syaikh Ibn ‘Atha’illah, seorang sufi terkemuka, menekankan pentingnya keseimbangan antara amal dan raja’ (harapan). Beliau mengingatkan bahwa ketika seseorang terlalu bergantung pada amalannya sendiri, mereka mungkin kehilangan harapan dalam rahmat Allah ketika menghadapi kegagalan atau dosa. Ini menunjukkan bahwa amal, meskipun penting, tidak boleh menjadi satu-satunya asas pengharapan.
Ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (saw.) “Berlakulah kalian setepat dan secermat mungkin (proporsional). Sebab ketahuilah, bahwa amal salah seorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dalam surga.”
Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk beramal dengan sebaik-baiknya namun juga mengingatkan bahwa tidak ada amalan yang dapat menjamin masuk surga tanpa rahmat Allah. Ini mengajarkan umat Islam untuk tidak sombong atau terlalu percaya diri dengan amalan mereka, tetapi untuk selalu berharap dan memohon rahmat dari Allah.
هـذا من فضل ربي ليبلوني ، أشكر أم أكفر ، ومن شكر وإنما يشكر لنفسه ، ومن كفر فإن ربي عني كريم
“Ini merupakan karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau justru mengingkari (nikmat-nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia.” (an-Naml: 40).
Ayat Al-Qur’an yang dikutip menggambarkan konsep syukur sebagai respons terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah. Syukur di sini bukan hanya tindakan verbal atau emosional, tetapi juga tindakan yang tercermin dalam amalan sehari-hari. Ini adalah pengakuan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Allah dan bahwa manusia harus bersyukur, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih tersebut.
Dengan demikian, konsep bersandar hanya kepada Allah mengajarkan bahwa seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam setiap amalan, namun juga harus selalu menyadari bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah bagian dari ujian Allah. Manusia harus selalu berharap kepada rahmat-Nya dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan, baik dalam keadaan sukses maupun gagal. Ini adalah sikap yang seimbang antara amal dan tawakal, antara usaha dan harapan, yang merupakan inti dari spiritualitas Islam.
Informasi pendaftaran Pondok Tahfidz OSB➡️
1 comment
I do believe all the ideas youve presented for your post They are really convincing and will certainly work Nonetheless the posts are too short for novices May just you please lengthen them a little from subsequent time Thanks for the post